Monday, November 15, 2010

Ketika Dewa Bercinta

Angin berubah menjadi badai. Tubuh manusia yang secuil beras itu tidak mengetahui dewa Zeus sedang memuntahkan murkanya. Rasa haus akan wanita yang dimiliki Ares membuatnya malu. Satu per satu wanita didekatinya. Perseturuan antara Iris dan Afrodit menjadi puncak kekesalan dan gunjingan di kalangan dewa dewi. Zeus mengganjarnya dengan mengirimkan mereka ke Bumi.

Ares terlahir menjadi seorang dokter tampan yang baik hati. Zeus berharap hukuman ini membuatnya menjadi pria sejati. Matahari terbit yang menyembul dari pegunungan adalah awal kehidupan baru bagi Ares. Ia melamun dalam tubuh manusianya. "Dokter, ada pasien UGD" suara suster Hesti memecah lamunannya. Ia beranjak pergi tanpa menoleh. Suster Hesti yang ayu terdiam kecut. Seandainya Ares tau dia adalah Hestia yang sengaja mengejarnya ke bumi.

Blackberry yang sedari tadi berbunyi sama sekali tak diacuhkan sang empunya. Dita tersenyum nakal menggoda Ervan. Wajah cantik secerah bulan yang bersinar terang dibalik gelapnya malam tak henti-hentinya membuai angan Ervan untuk memiliki wanita ini. Dita pamit ke toilet. Beranjak perlahan dari sofa memakai bodycon hitam dengan rambut pekat panjang membuat siapapun yang melihatnya tak kuasa mengalihkan muka. Dita tersenyum malas dalam hati. Aku suka bumi, kecantikan seorang Afrodit tak hilang di tubuh seorang manusia sekalipun.

Di tengah cuaca panas hujan turun dengan derasnya, matahari yang kebingungan seketika melihat sesosok wanita yang sedang menangis mengangguk paham. Iris menengadahkan muka. Rindu akan pelangi yang mendamaikan hati.

Di kejauhan Ares melihat keanehan cuaca ini. Ia memejamkan mata menyampaikan pesan melalui batinnya.

"Iris itukah kamu yang menangis?"

"Ares? Itukah kamu? Tolong aku! Aku tidak ingin menjadi manusia, kembalikan aku ke langit. Bujuk Zeus untuk menjemputku! Aku takut disini" dengan panik Iris menatap sekeliling, berharap Ares ada disampingnya.

Ares yang ingin menenangkan Iris gusar, cepat-cepat ia menarik diri untuk menemukannya. Iris bertahanlah. Tak terasa Ares menggumam. Hestia yang mendengar merasa perih. Segera ia kembali ke dunia dewa dewi. Satu yang ingin ditemuinya, Hades. Dengan gigih akhirnya ia berhasil menemuinya. Meminta pertolongan agar ia bisa bersatu dengan Ares walau dengan cara hitam sekalipun. Hades menyetujuinya dengan satu syarat. Hestia menyanggupinya dan kembali ke bumi.

Kondisi Iris yang lemah menyulitkan Ares untuk mengetahui keberadaannya. Hestia yang awalnya merasa senang terlihat khawatir dengan kondisi Ares yang ikut menurun. Adaptasi tubuh manusia tak berpihak padanya. Hari demi hari Hestia merawat Ares yang melemah, membuatnya makanan yang beragam agar tubuhnya kembali kuat. Ares perlahan pulih, dalam tidurnya ia mendengar Hestia berdoa agar Zeus mengembalikannya ke langit. Dalam ruangan yang sunyi serta bisikan doa Hestia yang syahdu menenggelamkan perasaan Ares ke jurang cinta.

Iris yang sebatang kara tersesat di dalam hutan terkejut melihat sosok Hades. Hutan yang sunyi semakin kelam dengan keberadaannya. Hades tertawa sinis. Percakapan batin diantara mereka sangat sengit. Hades akan mengembalikan Iris dengan satu syarat, ia boleh menyetubuhinya. Dengan murka Iris berteriak sengit. Hades memberinya penerangan batin, memberinya cuplikan kehidupan Ares dan Hestia. Darah Iris seketika mendidih. Ia sudah jatuh terperosok. Dikhianati sedalam laut yang pernah didatanginya. Iris menyerahkan diri.

Di atas angin Hestia mengabdi pada Ares. Namun Hestia bukanlah wanita yang tamak yang mampu berlama-lama bersenang-senang di atas kesusahan Iris dan Afrodit. Ia mengaku di suatu Malam tanpa bintang. Ares yang tak siap mendengar ini semua hanya berdiam diri. Hanya terdengar rintihan burung hantu yang menangis pilu. Hestia menangis tersedu. Bersumpah untuk mendapat ganjaran hidup di bumi selama hidupnya.

Zeus yang melihat ini semua termenung. Mereka sudah memilih hidupnya. Sudah waktunya bagi Ares pulalng.

Ares yang menjadi pendiam menghadap sang penguasa langit. "Ubah aku menjadi patung dengan baju Zirahku!" pintanya. Zeus menjentikkan jarinya, terjadilah.

No comments:

Post a Comment