Monday, February 28, 2011

A Blue Line In A Red Sky

Rindu...
Satu persatu berkumpul
Merah....
Saling bergumul dengan emosi mengepul

Rindu...
Tanpa cawan, ia berceceran
Merah...
Jungkir balik penuh sakit, ia bertahan

Pada awan yang mengalirkan hujan ia berpesan:
Kejam!!!
Kau menyapu badai pada pesakitan
Nanar membelalak ia mengacungkan tangan:
Tuhan???

Asin terkecap diantara riuh hujan dan tangis sedu sedan
Lalu ia duduk terdiam dengan lutut yang bersentuhan pada dagu yang licin oleh linang air mata
Terbahak...
Sinis ia memandangi takdir
Kemana doa-doa itu tersangkut?
Sekali lagi ia bertanya pada Tuhan,
Kenapa ia dipaksa hidup hanya untuk merasa sakit??

Hujan berhenti menangis,
Ia menengadah pada langit serupa peach
Ia tersenyum...
Pikirnya, Tuhan sedang menyapa
Ia tersenyum...
Harapnya, Tuhan hentikan saja!

Sunday, February 13, 2011

Terbakar Kenangan #111kata

"Aku suka foto ini"

"Arrgghh... Jangan yang ini dong Mas"

Sambil tersenyum jahil Daniel memamerkan candid camera hasil jepretannya kepada Amira.

***

Amira memandang serius wajahnya pada layar monitor, fotonya di halaman Facebook membuat ia mengerutkan dahi. Ahh.. Foto ini apa bagusnya sih? Bertopang dagu dengan bentuk senyum yang aneh. Penasaran. Akhirnya ia mencetak foto itu seukuran dompet.

Masih termenung, Amira berusaha mengenyahkan pikirannya. Kenangan yang memabukkan. Melihat foto itu hanya menambah rasa sedih kehilangan mas Daniel secara perlahan. Amira kemudian membakarnya.

***

Ada asap mengepul saat Daniel memandang rindu wajah terkasihnya di halaman Facebook, Amira. Tak ada yang bisa ia lakukan selain terkejut dan memandang tak berdaya kamera kesayangannya, hatinya ikut terbakar.

Friday, February 11, 2011

UNFAITHFUL #111kata

Ingin rasanya mencengkram kuat-kuat paspormu, mencengkramnya sampai rusak agar kamu tidak bisa berpergian. Napasku tersengal, mungkin karena emosi, atau mungkin karena nikotin yang terlalu banyak kuhisap akhir-akhir ini.

Wajahmu lugu. Membodohiku. Sampai aku tersadar ada jejak tertinggal di tubuhmu, bukan perbuatanku. Aku terlalu ingat akan lekuk tubuhmu, dan jejak baru itu.

Hasratku seketika menguncup dan kamu merengek ingin melanjutnya.

"Josh... Please?!"

Persetan dengan kamu, persetan dengan surga yang baru saja kunikmati. Sial! Cerutu Kuba persedianku mulai habis. Amarahku semakin meradang.

***

Malam itu kau bilang akan mengunjungi orangtuamu di Broklyn, nyatanya dalam paspormu terpampang Dubai sebagai tempat tujuan. Apakah tante tua itu yang membelimu? Jack sayang, istirahatlah dengan tenang dalam danau itu.

Thursday, February 10, 2011

PULANG #111kata

Kulihat lipatan baju sudah menumpuk rapi di dalam koper. Tiket pesawat terpampang sinis menatapku dari meja rias. Mungkin kamu memang sudah menyiapkannya sedari dulu, Dinda. Tidak pernah sanggup aku membayangkan bulir-bulir air mata mengalir di pipi halus itu. Hatimu seperti kue yang manis, sabar yang berlapis-lapis walau teriris.

Kepada orangtuamu kamu kembali, aku tak bisa menahanmu, Dinda. Ada sakit yang ingin berontak mengecam, tapi aku hanya bisa diam terpejam. Kamu rapikan kasur sambil tersedu. Tempat terindah saat aku merayumu untuk mencumbu.

Jangan menangis, sayang! Cepat bangkitlah dan raih koper dan tiketmu, pesawatmu berangkat dua jam lagi. Pun aku harus terbang sekarang, tiketku sudah dipegang Malaikat yang tak sabar menyuruhku kembali padaNya.

Saturday, February 05, 2011

Cinta? Perjuangkanlah!!!

Sebulan ini...
Ya hampir sebulan mereka berbicara di telingaku,
Bukan lagi berbisik, mereka berbicara...
Bukan gula yang mereka sisipkan pada secangkir kopi,
Mereka mengganti Cappuccino kesukaanku dengan secangkir kopi hitam pekat, sekali lagi tanpa gula.

Hei...
Kalau memang cinta, perjuangkanlah!
Mereka berbicara, bukan berbisik.
Jangan kamu hirup harumnya kopi hitam, rasakanlah!

Pahit...
Ya kopi ini memang pahit
Mereka bilang aku akan menyukainya setelah ribuan detik kusesap
Pahit...
Ya kopi ini memang pahit
Aku menyukainya setelah ribuan detik kusesap
Ada manis yang menjalar perlahan,
Perlahan yang membawa damai

Aku tak suka kopi hitam pekat, sayang...
Aku sesap kopi ini agar ia bercinta dengan lidahku
Pahit...
Tapi aku menyukainya
Aku butuh gula, sayang!
Mungkin juga tidak, karena kopi hitam ini terlanjur aku menyukainya.