Wednesday, October 27, 2010

Rectoverso

Malam tadi aku baru membaca buku ini. Tidak ada niat yang terlalu tinggi untuk membacanya, apalagi tanda-tanda akan menangis. Aku hanya tau buku ini kumpulan dari 11 cerpen. Rectoverso. Dua citra yang terpisah namun dalam satu kesatuan. Baru saja menginjak kertas halaman 6. Aku menitikan air mata. Bayangkan saja betapa cengengnya!

Curhat Buat Sahabat. Ini seperti menyodorkan cermin ke wajah sendiri. Untuk kedua kalinya aku melakukan kebodohan yang sama. Dia yang seharusnya mendapatkan limpahan kasih sayang. Dia yang mampu memberi segelas air dikala sakit. Yang mampu melakukan apa saja untukku. Dia bukan Pembantu. Tapi hati dia untukku.

Aku tidak ingin menyebutkan sebuah nama. Tak ingin dikasihani untuk mendapat empati. Aku hanya patut mendapat ganjarannya. Melihatnya menanti Pelangi lain.

Aku disini berdiri dalam diam. Mengamati. Selalu berharap hujan menyampaikan rinduku untuknya. Memunculkan Pelangi untuk memberinya tanda. Sekali lagi aku hanya diam. Cintaku tanpa kata. Aku bukanlah William Shakespeare yang pandai menyairkan sajak Burung Bul bul. Dalam doa. Yang aku butuhkan hanya dia. Orang yang menyayangi aku.... dan segelas air putih :)

2 comments:

  1. aku jg tertohok waktu membaca Curhat Buat Sahabat.. Dee sangat luar biasa dgn ceritanya..

    ReplyDelete
  2. Iya V... Rasanya masih pengin nangis kalau inget ;)

    Dee keren, sederhana mudah dicerna gak perlu istilah2 yg berat, memukau...

    ReplyDelete