Monday, October 11, 2010

(Cerpen) Suatu Sore Di Jogja Yang Terkenang

Sore itu dengan dipayungi cuaca yang berawan, diantara jalan yang ramai bermotor dengan santai, apakah kamu merasakan hal yang sama? Senang?

"Hei itu Mirota, mampir yuk!" dan kamu menjadi korban ku, 1/2 jam lebih kamu menunggu. Dgn wajah kbingungan aku mencarimu, ah kau tersenyum.

Dengan perasaan bersalah aku merajuk manja, "maaf lama yaaa..." kau memaklumiku sebagai perempuan :) "Ayo kita ke pohon beringin kembar itu"

Aku tertawa renyah... "Kamu jadi kesana, ayoooo" | sepanjang jalan kau membawa motor dengan lambat, aku berdoa agar waktu tak melaju cepat..

Aku hanya mampu memegang kaos kuningmu sebagai pegangan, tak apa ya... Selain tak terdengar jelas, sengaja aku sedikit dekatkan kepala...

Apakah ini perasaan yang sama? Tangan mu kau istirahatkan di atas dengkul ku yg berdekatan saat lampu merah bersekutu dengan waktu dan kita.

Sampai sore itu habis aku tetap berdoa, Tuhan mohon lambatkan waktu, akankah ia pulang sebelum menjemput malam? Cemasku sirna...

2 jam yang aku punya dan harus berbagi dengan kakak ku?? Sudahlah kita harus mulai terlihat seperti teman biasa, atau memang biasa?

3 jam setelah pamit aku seperti terjaga mendengar suara pesawat yang lewat, "apakah itu kamu gendut?"

Seminggu berlalu dgn sms & telepon, YM yg kau kirim membuat ku haru, "Kamu manja, aku tau walau kamu bilang ngga. Sore itu aku perhatiin kamu"

Satu hal yg buat aku sedih, "Jangan panggil aku gendut" | "kenapa, kan bukan maksud menghina" | "lebih baik jangan..Terlalu mesra, takut nanti ksengsem"

Genduutt.. Kita merasakan hal yg sama, ingin mempecundangi kenyataan, perbedaan yg trlalu prinsipil. Sekali lagi harus ada jiwa yg terlepas.

Biar ini seperti air, berteman dengan rasa yang dipertaruhkan. Tuhan tolong jaga jiwa kami masing2 agar tak terpuruk & berpaling dari-Mu. 

No comments:

Post a Comment