Wednesday, December 22, 2010

ROOF TOP

Meresap sesak dari tubuhnya yang beraroma khas, rahang tegas maha karya Tuhan yang begitu pas terukir membentuk wajahnya. Emily begitu anggun dan terkadang serampangan sesuai mood-nya, keunikan yang mampu membuat dadaku meletup bila melihatnya. Ia bukan wanita biasa.

*****

Aku masih saja berjibaku dengan designku saat Emily datang menghampiri.

"Sebaiknya kau buat atap ruangan ini transparan agar dapat menikmati langit malam, buat pintu samping ini dwi fungsi, pakai saja pintu geser kaca agar terlihat lebih luas. Pohon ini jangan kau tebang". Emily begitu lancar dan terlalu hapal untuk orang yang baru melihat rancanganku. Sungguh luar biasa.

"Kapan batas waktu terakhirnya? Klienmu itu si Pengusaha hotel itu kan?" Emily masih berdiri disebelahku dengan santai menyeruput teh chamomilenya.

Aku hanya mengangkat bahu dan pura-pura sibuk berkutat dengan 'mainanku'.

"Dasar aneh..." Ia tersenyum kecil sambil berlalu pergi.

Heeiii Nona, benar aku memang aneh, kau yang mulai menampar hatiku untuk pertama kali. Aku menaruh pensil dengan kesal sambil mengumpat dalam hati. Perasaan luar biasa yang mungkin terlalu terlambat untuk pria seusiaku. Sekejap Emily lenyap dari pandangan, meninggalkan aroma khas yang kusuka. Ku ambil pensil perlahan dan memasukan ide yang Emily berikan, brilian.

*****

Aku hanya berdiri mematung saat kedua pasangan itu menjabat tanganku erat.

"Terima kasih Scott, ia sangat menyukai design rumahmu" Mr. James merangkulku kokoh.

Emily tersenyum lebar dan menjabat tanganku lembut, "Undangan pernikahan kami, terima kasih sudah memberikan hadiah yang begitu indah".

Dentingan gugusan air hujan terdengar dari atap yang penuh mimpi. Aku menengadah sesap.

1 comment: