Sunday, March 20, 2011

Pembuahan Yang Sempurna

Perut ini mulai membuncit. Di luar sana puluhan mata mulai menyipit dengan mulut komat kamit yang menelanjangiku dengan sengit. Aku tak peduli mereka, yang menyayat hatiku adalah pria di depan pintu itu. Matanya sempat menjadi mentari yang menceriakan pagi saat aku membuka mata. Tubuhnya adalah tembok yang kokoh menopang tubuhku disaat malam, maupun fajar. Tapi kini,. matanya adalah sorot senja yang terluka, membuatnya terlihat begitu rapuh dibalik badannya yang tegap.

Pagi yang seharusnya manis serupa teh cammomile yang kusesap pagi ini. Perutku bergejolak seperti sedang beratraksi. Mungkin bayi mungilku sedang melakukan tarian ala pemandu sorak yang sedang menyemangati klub kesayangannya. Perlahan sakitku memudar oleh semangat yang terbakar.

Aku tidak tahu yang mana dosa setelah kumengenal cinta. Buta? Ya mungkin saja itu benar kalau itu inginmu. Sejumput ragu sempat menggelitik, tapi aku lebih tahu bahwa kami bahagia saling melengkapi. Dania. Istri pria itu, menemaniku dengan setia setelah kuajukan surat resign. Ada satu surat lagi yang tak lupa diberikan. Surat cerai dari Dania. Pria itu patah tanpa kata. Hanya bisa memandang kami berdua tak percaya. Dania merangkul pinggangku hangat menuju pintu keluar, membentengiku agar aku merasa nyaman. Aku tatap matanya yang penuh rasa sayang. Aku membalasnya dengan senyum yang mengembang. Dania. Kekasihku. Mimpi kita terkabulkan. Anak kita terbuahi dengan sempurna.

1 comment: