Gemas,
Takut,
Kalut,
Rindu....
Saya hanya bisa tersenyum apabila sedang berpikir secara normal, kewarasan pada tingkat tinggi yang tidak diambil alih oleh rasarasa tersebut.
Hidup akhirakhir ini terasa seperti panggung sandiwara, bukan sandiwara dalam arti orangorang berbohong memakai topeng. Tapi seperti sedang memainkan sebuah teater yang mewajibkan pelakonnya untuk berperan secara total.
Saat harus menangis, maka keluarkanlah seperti hari esok kamu tidak bisa menangis lagi lebih dalam.
Saat harus tertawa, lepaskanlah! Buang semua topeng masalah yang menyergapmu.
Saya berpikir kenapa alur cerita tercabik-cabik oleh seorang new-comer yang tibatiba ikut masuk beradu acting?
Saya adalah sutradara. Saya adalah penulis cerita. Saya adalah pelakon utama. Saya adalah editor. Itulah hidup yang seharusnya.
Kini otak tidak tumpul untuk membuat cerita yang seharusnya. Saat hidup sudah kembali ke normal, logika yang menguasai segalanya.
Saya adalah seorang sutradara dengan predikat ratu es. Sila berpikir sendiri maknamakna dari sebuah es.
Kini sang sutradara hanya bisa tersenyum. Sesekali terbahak sinis akan karyanya.
Kini sang penulis hanya bisa tersenyum. Sesekali terbahak dengan imaji liarnya.
Kini sang pelakon utama hanya bisa tersenyum. Sesekali terbahak mengingat sebuah naskah.
Kini sang editor hanya bisa tersenyum. Sesekali terbahak melihat adegan yang tak seharusnya.
Teater... Adalah... Saya.
Takut,
Kalut,
Rindu....
Saya hanya bisa tersenyum apabila sedang berpikir secara normal, kewarasan pada tingkat tinggi yang tidak diambil alih oleh rasarasa tersebut.
Hidup akhirakhir ini terasa seperti panggung sandiwara, bukan sandiwara dalam arti orangorang berbohong memakai topeng. Tapi seperti sedang memainkan sebuah teater yang mewajibkan pelakonnya untuk berperan secara total.
Saat harus menangis, maka keluarkanlah seperti hari esok kamu tidak bisa menangis lagi lebih dalam.
Saat harus tertawa, lepaskanlah! Buang semua topeng masalah yang menyergapmu.
Saya berpikir kenapa alur cerita tercabik-cabik oleh seorang new-comer yang tibatiba ikut masuk beradu acting?
Saya adalah sutradara. Saya adalah penulis cerita. Saya adalah pelakon utama. Saya adalah editor. Itulah hidup yang seharusnya.
Kini otak tidak tumpul untuk membuat cerita yang seharusnya. Saat hidup sudah kembali ke normal, logika yang menguasai segalanya.
Saya adalah seorang sutradara dengan predikat ratu es. Sila berpikir sendiri maknamakna dari sebuah es.
Kini sang sutradara hanya bisa tersenyum. Sesekali terbahak sinis akan karyanya.
Kini sang penulis hanya bisa tersenyum. Sesekali terbahak dengan imaji liarnya.
Kini sang pelakon utama hanya bisa tersenyum. Sesekali terbahak mengingat sebuah naskah.
Kini sang editor hanya bisa tersenyum. Sesekali terbahak melihat adegan yang tak seharusnya.
Teater... Adalah... Saya.
No comments:
Post a Comment